Liputan: Zahra Syafira
Parigi Moutong– Program Transfer Embrio (TE) untuk sapi betina yang diinisiasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Parigi Moutong, sangat diminati peternak. Sehingga kadang kala petugas TE kewalahan memenuhi permintaan. Hal itu disebabkan masih kurangnya petugas TE di Parigi Moutong.
Demikian diungkapkan Kepala Bidang Perbibitan dan Produksi, pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Wayan Purna, S.Pt kepada wartawan, belum lama ini.
“Besarnya animo masyarakat berbanding terbalik dengan jumlah petugas TE yang ada saat ini. Petugas yang ada cuma delapan orang yang harus bekerja untuk 23 Kecamatan. Delapan orang itu di SK-kan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan,” ungkapnya.
Menurut Purna, kekurangan petugas TE diakibatkan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memenuhi syarat untuk diterjunkan di lapangan. Sebab untuk menjadi petugas TE orang tersebut adalah Dokter Hewan atau minimal lulusan pendidikan D3 Kesehatan Hewan.
“Tapi petugas kita yang ada saat ini masih menggunakan Sarjana Peternakan (S,Pt), kita sebut mereka para medis, seharusnya dokter hewan atau minimal lulusan kesehatan hewan” bebernya.
Purna mengungkapkan, saat ini syarat untuk menjadi petugas TE lebih ketat. Mereka harus mengikuti empat tahapan pelatihan. Pertama, dilatih sebagai petugas inseminator, kemudian mengkuti pelatihan sebagai petugas pemeriksa kebuntingan (PKb), setelah itu dilatih lagi sebagai petugas asisten teknis reproduksi (APR) dan terakhir dilatih sebagai petugas embrio.
Purna berharap ke depan tiap kecamatan bisa memiliki setidaknya satu orang petugas TE. Sehingga peternak bisa terlayani dengan baik.
“Para petugas kita digaji oleh APBN. Saat melakukan TE itu mereka mendapat Rp 30.000/ekor sapi. Tapi bayangkan saja semisal petugas tinggal di Desa Baliara harus menyuntik di Desa Sausu? Hanya dengan biaya segitu. Oleh karena itu semoga kedepan kita bisa punya petugas yang cukup,” tutupnya.