Liputan: Zahra Syafira
Parigi Moutong– Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim resmi meniadakan pelaksanaan UN (Ujian Nasional) untuk tahun 2021. Keputusan tersebut diambil karena pandemi COVID-19 belum juga berakhir.

Ditanya terkait itu, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (DISDIKBUD) Parigi Moutong, Sunarti, mengungkapkan bahwasanya hal tersebut bukan sesuatu yang mengejutkan lagi. Mengingat sudah dua tahun belakangan, hasil akhir penentuan kelulusan dalam pelaksanaan UN diserahkan pada sekolah masing-masing.
“Pemerintah pusat sudah menyerahkan kewenangan kepada sekolah untuk menentukan kelulusan. Tinggal bagaimana kita punya komitmen dengan guru-guru untuk menjamin mutu dan kualitas murid yang dinyatakan lulus. Jangan hanya ingin kuantitasnya saja tapi kalitasnya diabaikan” tandasnya.
Kepada Beritaplano.com Sunarti menyampaikan, dengan dihapusnya UN menggambarkan merdeka belajar yang memang diinginkan dalam sistem pendidikan.
“Kepemimpinan Mas Menteri memang kan mengusung merdeka belajar, meniadakan UN saat pandemi COVID begini memerdekakan siswa dan juga guru tentunya,” ujarnya, saat ditemui disela-sela kesibukannya, Selasa (9/2/2021) di aula SMP Negeri 2 Parigi.

Menurut Ia, memang penentuan kelulusan berdasarkan hasil UN kurang adil sebab ada beberapa kasus siswa/siswi yang berprestasi tapi tidak dinyatakan lulus karena gagal dalam UN.
“Ada beberapa kasus UN tahun-tahun sebelumnya, menjadikan mental murid down. Semisal ada anak yang berprestasi tetapi karna gagal di UN dia tidak lulus. Itu kan mempengaruhi psikologinya selama bertahun-tahun, dia merasa gagal. Nah padahal menurut kami prosesnya itu yang perlu dinilai bukan hasil akhirnya,” jelasnya.
Sunarti mengaku saat ini bidangnya telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung guru dalam menyesuaikan metode mengajar selama pandemi COVID-19. Hal itu bertujuan agar proses belajar mengajar tetap berkualitas bagi siswa dan guru.
Contohnya kata Ia, dengan menggelar bimtek belajar mengajar secara daring menggunakan aplikasi, agar proses belajar mengajar bisa maksimal.
“Saat ini belajar tatap muka masih belum bisa dilakukan, karena masih ada COVID-19. Sekarang metode belajarnya yang diubah, dari konvensional ke digital. Guru menyesuaikan metode mengajarnya karena kondisi saat ini,” jelasnya.
Munarti menambahkan Bimtek tersebut sudah selesai dilaksanakan tahun lalu bekerjasama Universitas Tadulako.
“Mereka (guru-red) sudah diajari menggunakan aplikasi classroom. Semoga mereka bisa maksimal mengajar secara daring ini, agar murid tetap terjamin kualitas pendidikannya walaupun belajar dari rumah,” tutupnya.